Lelaki Bermata Elang.
Entah awalnya gimana, aku bisa masuk ke dunianya, pun begitu sebaliknya dia. Pernah dia bilang kami ini adalah ketidak-sengajaan yang didekatkan Tuhan. Ya, mungkin aku setuju. Tapi masing-masing dari kami juga berperan membuka ruang. Sama-sama pernah terluka dulunya. Sampai waktu berjalan, bisa-bisanya kami saling sayang tapi gak bilang-bilang, saling peduli tapi gengsi. Kamu sih, tinggi, gengsinya. Tinggal ngomong sayang aja apa susahnyaa? Pake dalih bercanda segala hahaha. Aku juga ke dia cuma berani sembunyi dibalik kata bercanda. Lucu, kan, kami? Betah bertahan dalam ketidak-jelasan tapi diam-diam menyemai kenyamanan. Aku gak mau bilang lebih dulu dan dia yang gak pernah mengatakan hal itu, gitu aja terus sampe aku bingung “ sebenernya kita itu apa dan akan bermuara kemana?” Tapi aku juga begitu lugu, cuma bisa pake isyarat, kode-kodean, enggak gamblang. Terus dia selalu bilang “dasar wanita”. Iya memang kenapa kalo aku wanita? Maaf kalo aku pengecut yang gak mau bilang lebi