Lelaki Bermata Elang.
Entah awalnya gimana, aku bisa masuk ke dunianya, pun begitu sebaliknya dia. Pernah dia bilang kami ini adalah ketidak-sengajaan yang didekatkan Tuhan. Ya, mungkin aku setuju. Tapi masing-masing dari kami juga berperan membuka ruang. Sama-sama pernah terluka dulunya. Sampai waktu berjalan, bisa-bisanya kami saling sayang tapi gak bilang-bilang, saling peduli tapi gengsi.
Kamu sih, tinggi, gengsinya. Tinggal ngomong sayang aja apa
susahnyaa? Pake dalih bercanda segala hahaha.
Aku juga ke dia cuma berani sembunyi dibalik kata bercanda.
Lucu, kan, kami? Betah bertahan dalam ketidak-jelasan tapi diam-diam menyemai
kenyamanan. Aku gak mau bilang lebih dulu dan dia yang gak pernah mengatakan
hal itu, gitu aja terus sampe aku bingung “sebenernya kita itu apa dan akan
bermuara kemana?”
Tapi aku juga begitu lugu, cuma bisa pake isyarat,
kode-kodean, enggak gamblang. Terus dia selalu bilang “dasar wanita”. Iya
memang kenapa kalo aku wanita? Maaf kalo aku pengecut yang gak mau bilang lebih
dulu, tapi sebetulnya aku nunggu. Nunggu kamu bilang sesuatu yang aku
tunggu-tunggu. Dasar gengsian, kami gak mau ngaku siapa yang naksir duluan.
Beberapa waktu lalu aku sempat
kembali merasa istimewa, meski harusnya aku sadar kalau yang manis-manis itu
tidak akan lama, karena sisanya penuh dengan tanda tanya. Sebab jurang
kepastian antara kami masih abu-abu. Semu. Banyak yang berkata jika dia sering
menyembunyikan perasaan ke banyak perempuan, jatuh cinta dan terpikat pada
siapa saja yang dia suka namun tidak pernah menyatakannya.
“Jangan jatuh terlalu jauh sama dia,
apalagi sayang, dia perempuannya banyak”,
kata seorang yang mengenalnya. “Pacar?” tanyaku. “Bukan. Kaya kamu gini.”.
“Maksudnya?” Sungguh, aku belum mengerti. “Mendekati tapi tak memastikan.” tukasnya.
Ya, Tuhan… ternyata yang diposisi sepertiku ini bukan hanya satu, mungkin lebih
banyak lagi. Namun aku menepis pernyataan yang menyebutkan kalau dia suka
datang dan pergi sesuka hati.
Bukan itu yang mau kudengar, bukan
itu yang kulihat ada padanya. Entah aku dibutakan oleh apa, padahal perkataan
mereka yang mengenalnya benar juga. Namun lagi-lagi hati kecilku menyangkal Benar,
tapi gak sepenuhnya, bisa aja ada sedikit salah.
Banyak yang berkata jika yang sepertinya
tidak akan mau menganggapku sebagai rumah, aku hanya persinggahan, namun entah
kenapa setiap dia datang, aku menganggapnya pulang dan dia tak akan berpaling. Sialnya
dia kembali, masih dengan pesonanya yang buatku enggan untuk melupa. Dengan sapanya
yang hangat dan suaranya yang menenangkan membuatku nyaman. Di mataku, dia beda
dengan yang lain. Lagi-lagi aku terpedaya oleh jerat kharismanya.
Kami adalah rencana Tuhan yang belum pasti. Sedangkan
kepastian bisa kami rencanakan, sekarang atau nanti. Waktu akan menjawab apakah
dia benar-benar menetap disini atau tidak sama sekali. Meski aku tak
benar-benar bisa menyembunyikan rasa, dan aku membaca itu dari matanya juga.
Jujur, aku lelah jika harus menyamankan diri dan
beradaptasi dengan orang baru. Harus kuakui, kamu dalam versi terbaikmu adalah
sosok ideal dan mendekati kriteria yang aku mau. Aku merasa cukup dengan adanya
kamu, bisa melengkapi kurangku.
Aku masih membuka pintu jika kamu datang, tapi jika kamu
hanya berniat singgah dan tak menetap, ya aku perlakukan kamu sebagai tamu.
Kita manusia yang sudah dewasa, kan? Ngerti batasan dan etika. Jika kamu datang
baik-baik, akan kusambut baik-baik juga. Jika berniat pulang kesini, aku ingin
kita menjadi “pasti” dan aku gak mau ditinggal lagi, aku ingin kamu menetap
disini.
Kalau tidak kembali, ya sudah, aku mau berjalan lagi
mewujudkan mimpi: menjadi penulis, berkarier dan punya banyak uang untuk
membahagiakan orang-orang tersayang. Aku menyayangimu dan menyayangi diriku
sendiri. Kamu dan aku udah terlalu keras, mungkin jarak bisa membuat kita
melunak. Jika kamu kembali, tempatmu disini. Rasa ini akan membara, tinggal
kamunya mau menyalakan api romansa itu atau tidak. Kita dua orang gengsian yang
terhalang ruang panjang, gak mau bilang saling sayang. Tapi jika kau mengakui
aku benar-benar rumahmu, aku selalu nunggu kamu pulang. Teruntuk kamu, lelaki bermata elang.
Meski begitu, aku tak mau menggadaikan prinsipku. Prinsip
untuk tidak merendahkan harga diriku. Waktuku terlalu mahal untuk sekedar
nunggu yang berakhir sia-sia, aku tak mau mengukir kesalahan untuk membuang
waktu dengan percuma. Karena sebesar apapun rasa, ketika takdir tidak
menggenggamnya, ia akan berujung kecewa. Jangan berharap ke manusia.
/hanhanifa.
Bagaimana mau bermuara, kalau berlayar aja belum pernah?
ReplyDeletewkwk menohok sekali komentarnyaaa :)
DeleteKamu ke dia sepenuhnya, eh dia ke kamu seperlunya. :D
DeleteUntungnya gak penuh, ada diriku yang aku sayangi didalam itu. Sebab, ketika dia pergi, diri ini masih bisa berdiri~ Lagi pula, menaruh pecaya lebih pada orang lain malah mengurangi percaya diri.
DeleteJatuh cinta memang beresiko, kalau toh bukan bersama dia pada akhirnya, kemungkinan apa yang akan terjadi, bisa kita pilih, misalnya mengubah luka menjadi karya. Setidaknya kalo dia pergi tidak begitu patah hati, justru jadi royalti. Hahaha.
Gimana mau bermuara kalau berlayar aja belum pernah? Ini kami sudah setengah perjalanan padahal, setengahnya lagi masih rahasia ilahi. Hahaha.
Lain kali, sebelum jatuh terlalu dalam kepada seseorang yang baru kamu kenal, alangkah baiknya kamu harus tahu terlebih dahulu bagaimana sosok orang yang kamu suka. Benar, dia perempuannya banyak. Bahkan, dia sudah punya pacar pun kamu tidak tahu, sebab kamu tidak pernah bertanya kepadanya. Ada orang yang sedang bersedih hatinya ketika kamu asyik bercengkrama bersamanya. Semoga dengan adanya kejadian ini, kamu bisa mengubahnya menjadi sosok yang lebih baik, yang bisa menghargai perasaan orang yang sedang bersamanya ketika dihadapkan beberapa pilihan wanita, yang salah satunya adalah kamu :)
ReplyDeleteTerima kasih komentarnya. Pengingat yang sangat bijak.
DeleteTapi kalau aku boleh bercerita, yang gak tau cerita penuhnya pasti akan mengira jika aku mencintai dia yang sudah punya kekasih, padahal dia sendiri tak pernah menegaskan sedang menjalin hubungan pasti dengan seorang perempuan, mungkin karena ada perempuan selain kekasihnya yang dijaga perasaannya, takut kehilangan. Namun tak kunjung memastikan, karena perempuan yang merasa kekasihnya butuh pengakuan.
Dia sendiri yang menimbang-nimbang perempuan mana yang hendak diperjuangkan. Dia yang memutuskan kemana arah pulang, aku tak berusaha menggoda, apalagi mengemis minta belas kasihan. Bahkan aku tak berani memintanya pergi dan tidak cukup lancang memintanya datang.
Kalau toh dia datang sebagai tamu, aku sediakan kopi bukan hati. Tenang, aku tidak berniat membuat perempuan lain bersedih karena hal ini. Karena aku juga perempuan, mengerti rasa tak enaknya diduakan, apalagi dijadikan pilihan kesekian :)
you think she didn’t know the whole story? no, she did. just remember that everything that started with something which is not good, will end up so. i dont mean to scare you, but i just warn you sooner or later, the day that you very afraid of will hit you up. get ready and catch your dreams before it’s too late. and once more, she never try to tease your (now) bf. she only treats guest properly as you do. don't overthink too much about her. she doesn't care about your relationship anyway. if he loves you, you’ll know. vice versa, if he doesn’t, you’ll get confused. good luck for your relationship xx
DeleteDo you know who is "he" meant in this story? So, I guess you know who his "ex-girlfriend" too, because looks like you knew 'the two of them' before I posted this. You know each other, right? Hehe.
DeleteJust because reading this post on my blog, she knows the whole of story? I'm not sure she can explain the whole thing, just know clueless. And I also don't care about her, not overthink about this, just wanna write this.
Anyway thanks for your opinion. Of course I get ready to reach my dream first before him, because I love myself so much. Lol, wkwk. In fact, he came when I caught my dream and helped make mine come true.
So, I started reach my dreams first. Is that something not good? Then he come and left me while I was still pursuing my other dreams. When he lost, I found something in myself; I writing this to inspire other person.
I haven't got love (now), but my dream has been achieved, maybe that love comes after a dream and sooner or later it will come true, who knows. Thank you for your prayers, good luck for whatever you do.
Perpisahan yang tak bisa kulupakan. Kenapa? Bukan karena dia sangat berarti, melainkan perpisahan itu sangat menyakitkan. Seribu kali kucoba tak kunjung hilang dari ingatan. Berbekas dihati dan pikiranku.
ReplyDeletePerpisahan karena orang ketiga. Masih punya rumah tapi mencari rumah lagi. Hahahah lucu bukan? Sudah memiliki kenyamanan namun mencari kenyaman yang lain, tapi kalian tau apa yang lebih lucu? Dia berlabuh ketempat lain dengan alasan "awalnya aku nembak dia dengan sebuah candaan" HAHHAHA sebuah kata unik yang tertulis dari pesannya, pasti kalian tau kenapa.
Tapi ada yang lebih lucu lagi, dia ingin aku beritahu kepada yang lain bahwa kami menjadi sahabat yang berarti "PUTUS BAIK-BAIK". kalian tau kenapa? Hmm mungkin karena dia tidak ingin perempuan yang lain tau dia begitu jahat.
"Kesempurnaan yang dia cari menyakitkan bagiku, kesempurnaan yang kulihat merupakan kesalahan"
Ini adalah kesalahanku karena telah mencintainya hahaha
Seharusnya dulu aku juga bercanda telah mencintainya agar tak sesakit ini.
Kalian harus hati-hati yaaa😉
#hanyainginberbagicerita
#teringatmasalalu
Hai, terima kasih komentarnya ya. Begitulah tabiat lelaki, berkelana ke banyak hati sebelum akhirnya berhenti. Dan perempuan selalu ingin jadi sebenar-benarnya tempat perhentian, agar yang berlabuh merasa cukup, tak mencari lagi.
DeleteAkan selalu ada yang lebih, dan lebih.
Seekor burung bisa terbang karena ia terlalu dikekang, tak nyaman. Apalagi manusia, ketika ada salah satu yang rasa memilikinya berlebih, bukan malah jadi sayang tapi justru terbebani. Tapi dari kejadian ini, jadi mikir lagi, sebetulnya apa yang dia cari? Kenyamanan atau memang senang berpetualang?
Gak ada kesalahan yang gak bisa dijadikan pelajaran, maka dari itu aku jadikan tulisan untuk menginspirasi.
Ada yang berharga ketika kami tak bersama lagi, yaitu menjadi lebih dewasa, lebih menghargai kehadiran, pengertian akan kebutuhan. Karena masing-masing dari kita butuh dimengerti, bukan sekedar diakui :)