Suka Duka Kuliah S2



 

Halo semua! Udah lama rasanya gak menyapa, dalam arti, gak nulis di blog sendiri. Hampir ada gelandangan tiduran disini saking lamanya gak ditempati tulisan baru :D

Bukan sok sibuk, tapi beneran, akhir-akhir ini ide atau pemikiranku habis diperas dan dituangkan di wadah lain. Yeay, finally aku bisa nulis di media massa nasional, mimpi aku dari tahun kapan itu, akhirnya terwujud jadi kenyataan juga, jadi maaf nih kalo blog ini jarang disentuh. Dan ada kabar baik lainnya juga, Tesisku udah seminarkan, yang artinya itu setahap lagi meraih gelar magister. Alhamdulillah..

Sekalian deh, aku mau cerita suka dukanya menempuh kuliah S2.

Oke, check this out!

1. Kuliahnya Singkat, Tapi Tugasnya Berat

Tugas sebagai indikator sejauh mana mahasiswa memahami pelajaran yang telah disampaikan, tapi atulaaah ini mah tugas teross. Hiks…Hiks…(T_T) aku merasakan atmosfer ‘nugas’ dengan serius tiap minggunya. Karena aku ngambil kelas karyawan biar bisa sambil kerja. Dari seminggu itu kuliah cuma 1 hari di hari sabtu doang, tapi full time dari pagi sampe sore. Mantap! Disanalah waktuku bener-bener dialokasikan buat belajar, karena ‘bobot’ materinya lumayan jadi 1 buku gak bisa ditelan dengan sekejap, perlu dipahami bener-bener. Aku seneng membaca banyak informasi yang mempertajam daya analisaku terhadap sesuatu, sekaligus meningkatkan kualitas hidup. Ya, aku gandrung dengan ilmu --meski sejauh ini aku masih orang yang sama. Status sebagai mahasiswa pasca sarjana tidak tiba-tiba mengubah aku menjadi seseorang yang lebih pintar atau lebih bijak dibandingkan orang lain, ataupun diriku sendiri di hari lalu.

2. Metode Belajar yang Menuntut Kami Mandiri

Perbedaannya cukup terasa, karena dulu pas S1 aku mikirnya ‘asal selesai’, tugas diterima aja udah syukur, apalagi dapet nilai bagus. Sekarang, sedikit banyak kami dituntut untuk lebih serius dalam belajar maupun mengerjakan tugas, gak cuma ‘makan materi’ dari dosen aja. Kami dibiasakan untuk aktif mengkritisi bahan perkuliahan, oleh karena itu setidaknya membaca terlebih dahulu bahan ajar untuk setiap mata kuliah yang akan disajikan minggu berikutnya, lalu membuat response paper mengenai apa yang telah kami baca, sehingga tidak kuliah dengan isi kepala yang kosong. 

Selain itu, teman-teman sekelasku jauh lebih rajin dibandingkan teman-teman sekelas dulu, padahal aku tau mereka juga sibuk bekerja tiap weekday. Mungkin karena motivasi saat mendaftarkan diri sudah bulat dan minatnya sudah lebih terfokus. Hal ini menciptakan suasana ‘kompetisi’ yang mendorong tiap individu untuk berkembang lebih baik lagi. Mengingat dalam satu jurusan kami hanya ada 26 orang, tentunya masing-masing tidak ingin menjadi orang yang paling ketinggalan di kelas.

 

3. Mahasiswanya Dikit Tapi Udah Dewasa

Seperti yang udah disebutkan tadi. Mahasiswa di jurusan yang aku ambil hanya ada 26 orang, tapi rata-rata udah berpengalaman. Secara syarat masuknya aja harus lulus S1 dulu, senggaknya tau sistem perkuliahan gimana, secara mental jadi bener-bener tau arahnya kemana, karena punya latar belakang pekerjaan yang mendukung, bukan mahasiswa ‘hijau’ yang polos. Kebanyakan melanjutkan Pendidikan di jenjang ini untuk menunjang karir atau mencapai syarat agar bisa mengisi posisi tertentu di perusahaan. Pun begitu aku, udah kebayang “habis ini mau kemana” jadi bisa menyambungkan antara teori yang dipelajari di kelas dan praktek di lapangan.

Dari segi usia juga udah matang, udah berkeluarga, tapi ada juga yang belum nikah kaya aku udah cukup merasakan asam garam dunia kampus, cielah, jadi anak bawang kaya aku bisa belajar dari senior-senior yang udah malang melintang dalam pekerjaan atau bahtera rumah tangga =D

 

 4. Kebanggaan Tersendiri

Tentu, karena gak semua punya kesempatan duduk di bangku kuliah. Maka aku ucap syukur sebanyak-banyaknya, Alhamdulillah ya Allah terima kasih atas nikmat yang Kau beri. Untuk orangtuaku, khususnya mamah, terima kasih mah udah ngedukung teteh kuliah. Semua ini teteh dedikasikan buat mamah, sekolah pertamaku. Mamahku gak pernah merasakan kuliah, tapi selalu mendukung penuh pendidikan anaknya.

Buat almarhum bapak, ini dedikasiku buat beliau juga. Semoga ilmu yang didapat menjadi amal jariyah dan penerang di surga sana. Alfatihah…

Buat keluargaku dan sobat-sobatku, semoga jalan yang kupilih ini jadi kebanggan dan turut memudahkan kalian, terima kasih, ya.

Terima kasih juga buat diri sendiri karena udah berani jalan sejauh ini, terima kasih udah tegas melangkah ke arah yang menjadi tujuan. Bukan hal yang mudah ketika memutuskan pilihan, bahkan denger omongan orang “Ngapain perempuan sekolah tinggi-tinggi”, “Nanti juga balik lagi ke dapur”, “Kenapa gak nikah dulu?”, “Ninti liki-liki jidi mindir” hihi. But I don’t care. I love myself so much. Lol. wkwk

Seperti dua sisi mata uang, setiap hal ada suka dan dukanya. Pun konsekuensinya. Maka yang kita lalukan terus jalani hidup kita apapun kondisinya. Karena Langkah-langkah kecil itu akan membawa kita pada banyak kemungkinan, yang suatu saat jadi kenyataan. Tetap semangat buat semua yang sedang mengejar cita-cita. Sehat-sehat, ya!

Comments

  1. Keren ceritanya ! Pasti sekarang sudah lulus , sukses terus yaa

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

REVIEW BUKU : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

Menolak Lupa, 2 Tahun Tragedi Kanjuruhqn