Peran Mahasiswa dalam Pandangan Islam
Ini temanya tentang mahasiswa, jadi mahasiswi gak dibahas gitu? Hmm genderisasi banget ya-,- maksudnya mahasiswa disini tuh bukan parsial, tapi secara umum, baik laki-laki maupun perempuan. Jadi mahasiswa dan mahasiswi gitu.
Mahasiswa. Apa itu mahasiswa?
Mahasiswa terdiri dari dua kata, Maha dan Siswa.
Menurut KBBI, Maha itu berarti amat;sangat. Salahsatu kata
yang disematkan selain kepada Tuhan yaitu kepada KITA sebagai siswa diperguruan
tinggi. Artinya kita sebagai mahasiswa itu tidak bisa dianggap remeh. Karena
kata ‘Maha’ ini artinya LEBIH, SUPER, AMAT SANGAT. Jadi kita ini adalah Lebih
dari siswa atau dengan kata lain SISWA YANG AMAT SANGAT. Harusnya kita tidak
menyia-nyiakan status tersebut.
Lalu apa peran kita sebagai mahasiswa?
Sebenarnya dalam islam sendiri tidak ada ayat atau hadist
yang spesifik membahas mengenai peran mahasiswa. Karena zaman dulu belum ada
perguruan tinggi, yakali Nabi ikut SBMPTN.
Namun jika menyesuaikan dengan kondisi, mahasiswa termasuk
kedalam fase Pemuda.
Lalu bagaimana islam memahami peran fase Pemuda tersebut?
Apa hubungannya dengan peran mahasiswa?
Dalam al-quran yang terdiri dari 6666 ayat, 6000 ayat
diantaranya berbicara seputar sejarah atau peristiwa masa lampau. Apa kemudian
porsi ini terlalu besar? Lalu Untuk apa? Tujuannya yaitu sebagai bahan
pembelajaran, supaya kita bisa belajar dari kisah-kisah tersebut.
Habil, Ibrahim, Ismail, Yusuf dan banyak tokoh lainnya yang
menggambarkan seorang pemuda, sama seperti kita sebagai mahasiswa. Kita ambil
sebuah kisah Nabi Ibrahim A.S yang Mengahancurkan Berhala Raja Namrud.
Suatu ketika, Raja Namrud dan kaumnya pergi meninggalkan
negeri. Kampung-kampung mereka tertinggal kosong. Kesempatan tersebut digunakan
oleh Nabi Ibrahim a.s untuk melaksanakan niat yang selama ini di pendamnya,
yaitu menghancurkan berhala-berhala yang ada ditempat peribadatan Raja Namrud
dan rakyatnya. Maka dengan menggunakan kampak mulailah Nabi Ibrahim a.s memecah
– mecahkan satu persatu berhala yang kecil.
Namun karena maksud tertentu, maka ada satu berhala yang
tetap dibiarkan utuh yaitu berhala terbesar. Setelah selesai menghancurkan
semua berhala yang lain, Nabi Ibrahim a.s mengalungkan kapaknya pada leher
berhala terbesar tersebut. Kemudian beliau pergi meninggalkan tempat berhala
itu.
Beberapa lama kemudian Raja Namrud dan para pengikutnya
datang. Karena melihat keadaan rumah dan peribadatan mereka berantakan dan
hancur berhala-berhala yang mereka sembah, maka murkalah sang raja Namrud.
Karena semua penduduk negeri sudah mengetahui bahwa Nabi Ibrahim a.s sangat
membenci sesembahan kaumnya, maka Nabi Ibrahim langsung menjadi orang yang
tertuduh dalam hal itu. Maka Sang raja berkata degan geram :”Wahai Ibrahim,
bukankah engkau yang telah menghancurkan berhala-berhala kami di rumah
peribadatan?”. “Bukan !!!” jawab Nabi Ibrahim singkat.
Mendengar jawaban itu Raja Namrud semakin naik pitam, dan
dengan nada lebih keras ia berkata :”
lalu, siapa lagi kalau bukan engkau. Bukankah engkau berada di sini ketika kami
pergi, dan bukankah engkau amat membenci sesembahan kami?”.
“Ya, tapi aku tidak mengahncurkan berhala-berhala itu. Aku
pikir, barangkali berhala besar itulah yang telah melakukannya. Bukankah kampak
yang ada di lehernya membuktikan perbuatannya?” sahut ibrahim dengan tenang. ”Mana
mungkin berhala dapat menjawab dan dapat berbuat seperti itu?!”kata raja Namrud
Mendengar jawaban dari raja Namrud itu maka Nabi Ibrahim
menjawab dengan tegas :
“jika memang begitu, lalu mengapa engkau sembah berhala yang
tidak dapat berbuat apa-apa?”
Mendengar pernyataan Nabi Ibrahima.s tersebut, orang-orang
yang menyaksikan jalannya pengadilan itu terkejut. Banyak pula yang menyadari
bahwa memang begitulah adanya, mereka menyembah sesuatu yang tidak dapat
mendengar, melihat, bergerak. Meskipun demikian raja Namrud justru semakin
murka pada Nabi Ibrahim.
Itulah Nabi Ibrahim yang intelejensinya sangat tinggi, ia
berdakwah dengan caranya yang cerdas, menggunakan pola dakwah penyadaran dengan
memahami psikologis objek dakwahnya. Merusak berhala pun itu ada tujuannya.
Lalu bagaimana dengan mahasiswa sekarang? Apakah
menyampaikan aspirasi dengan bakar ban membuat anggota DPR akan sadar? Mungkin
harus ditinjau kembali ya tujuannya.
Dari contoh tersebut kita bisa ambil korelasi antara islam
dan peran mahasiswa (pemuda) dizaman sekarang. Yang bisa diklasifikasikan
menjadi 3 peran, yaitu;
1.Agent of change, mampu mengubah pola pikir yang beku
menjadi sebuah pencerahan. Atau dengan kata lain menjadi penggagas perubahan.
Tentunya dengan melihat kondisi kekinian saat itu. Cara Nabi Ibrahim mungkin
belum tentu cocok diterapkan pada kondisi sekarang, namun kita bisa ambil
positifnya yaitu caranya dengan metode penyadaran dan memahami psikologis.
2.Social control, Nabi Ibrahim berani menentang kekuasaan
Raja Namrud.
Harusnya mahasiswa sekarang pun begitu, Social control ini
dibutuhkan ketika ada hal yang tidak beres atau ganjil dalam masyarakat.
Mahasiswa sudah selayaknya memberontak terhadap kebusukan-kebusukan dalam
birokrasi yang selama ini dianggap lazim.
Kita sebagai mahasiswa seharusnya menumbuhkan jiwa
kepedulian social yang peduli terhadap masyrakat karena kita adalah bagian dari
mereka. Kepedulian tersebut tidak hanya diwujudkan dengan demo atau turun
kejalan saja. Melainkan dari pemikiran-pemikiran cemerlang mahasiswa,
diskusi-diskusi, atau memberikan bantuan moril dan materil kepada masyarakat
dan bangsa kita
3.Iron stock, mampu menggantikan generasi tua.
Sebuah gelar kenabian belum tentu didapat dari garis
keturunan. Mungkin iya sebagian Nabi lahir dari garis keturunan Nabi juga, tapi
tidak semuanya begitu. Karena menjadi seorang nabi itu harus yang mampu.
Begitupun dengan mahasisw yang suatu saat akan menjadi
pemimpin. Bukan tidak mungkin sosok pemimpin dan negarawan yang selama ini
didambakan, akan lahir dari kampus. Karena mahasiswalah yang akan menggantikan
generasi yang telah ada, sehingga tidak cukup hanya dengan memupuk ilmu
spesifik saja. Perlu adanya soft skill seperti leadership, kemampuan
memposisikan diri, dan kepekaan sosial yang tinggi.
Apakah kita sebagai mahasiswa telah menjalankan peran
tersebut? tanya kepada diri masing-masing.
Comments
Post a Comment