Journey.all.is.me
Journey.all.is.me
(Tribute to Najwa Shihab)
Masih hangat-hangatnya terngiang
ditelinga masyarakat, program talkshow Mata Najwa di Metro TV berhenti
mengudara. Sejumlah respon pun dilontarkan berbagai pihak, santer terdengar
wawancara mbak Nana –panggilan akrab Najwa Shihab dengan penyidik KPK, Novel
Baswedan menjadi trigger terhentinya
acara yang tayang setiap hari rabu itu karena tidak direstui Metro TV.
Namun beliau membantah spekulasi
itu karena terlalu berlebihan. “Kemunduran saya dari Metro TV bukan karena
kasus wawancara dengan Novel, saya yakin teman-teman kan tahu bahwa news room
pasti ada dinamika. Mana ada news room yang tidak dinamis” ujarnya.
Selidik punya selidik,
sekarang mbak Nana sedang fokus menjalani perannya sebagai duta baca dengan meningkatkan
minat baca masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan merealisasikan idenya membuat
pojok baca dibeberapa tempat.
Selain itu, sekarang mbak
Nana punya website resmi dengan domain www.najwashihab.com.
Didalamnya berisi catatan
Najwa, literasi dan sapa Najwa. Berhenti mengudaranya tayangan Mata Najwa di
Metro TV bukan berarti kita tidak bisa menikmati karya mbak Nana ya, kita masih
bisa melihat tulisan-tulisannya melalui website ini, keep inspire mbak, keren
selalu! :))
Ya itulah perjalanan
karir mbak Nana yang menginspirasiku. Sebagai perempuan biasa-biasa saja dan
punya hobby menulis, rasanya sayang sekali kalau segala pemikiranku hanya
bersarang dikepala, maka dari itu aku coba menuangkannya kedalam rangkaian
aksara.
Berangkat dari pandangan
pribadi, keresahan, masalah sosial sampai angan-angan dan khayalan aku tulis. Intinya
mulai memberanikan diri menulis dari yang ecek-ecek berisi curhatan pribadi,
bahas polemik, hasil diskusi dengan beberapa orang dari yang berfaedah sampai
unfaedah, rasanya terlalu pelit jika kutelan sendiri. Maka dari itu aku ingin
berbagi.
Aku ingin menjadi aku,
bukan menjadi mbak Nana. Tapi berkaca dari beliau, aku berpikir bahwa membuka
mata batin dan pandangan orang lain itu tidak mudah. Tidak mudah bukan berarti
tidak bisa, dengan berani aku mencobanya, dan itu menyenangkan.
Hingga suatu hari aku
dipersunting salahsatu media lokal, tidak begitu besar memang, tapi aku senang,
itu artinya kecintaanku terhadap sesuatu memberikan nilai kebermanfaatan bagi
lingkungan.
Sebenarnya aku enggan
menyebut diriku sebagai jurnalis. Rasanya masih jauuuuh sekali. Masih harus banyak
belajar. Karena menjadi Jurnalis bukan
sekedar manusia yang penguasaan ilmu dan pemetaan sosialnya matang, lebih dari
itu, memiliki keterampilan dan kapabilitas yang allround, memiliki daya pandang
sosial yang tajam, daya serap informasi yang sangat peka, serta mesin analisis
yang jauh diatas rata-rata masyarakat. Sedangkan aku? Ah aku masih jauh!
Berbicara Jurnalis, ini
adalah sebuah profesi yang jarang dicita-citakan oleh anak-anak. Coba deh, ketika kalian SD kalau
ditanya cita-cita pasti dijawabnya ingin jadi dokter, polisi, atau guru. Pernah
denger gitu anak SD ingin jadi jurnalis? Jarang ya? Hampir tidak ada malah. Paling
anaknya nanya dulu, “Jurnalis apaan sih?”
Tapi itulah hidup, aku
tidak pernah tau akan menjadi apa aku dimasa depan. Ya nikmati saja prosesnya,
berusaha semaksimal mungkin, begitupun dengan ini, tulisan ini, keadaanku saat ini,
daya pandangku ini merupakan rangkaian proses masalalu. Yakni akumulasi dari apa-apa
yang telah aku lewati.
This is my journey. Journey
all is me! :))
Tulisan ini didedikasikan
untuk mbak Nana, karenanya aku mulai mencintai dunia ini.
-HanHanifa-
Aku pas ditanya cita-cita mau jadi apa? aku jawab aku mau jadi yutuber
ReplyDeleteSungguh cita cita yg mulia
Delete