Review Film Jakarta Undercover
REVIEW
FILM JAKARTA UNDERCOVER
“Ini film tentang
jurnalis.”
Oke cus! Gak usah
pikir panjang. Nonton!
FYI padahal aku
lebih suka baca daripada nonton, soalnya apa ya, kalo nonton itu imajinasi kita
terbatas karena ekspektasi kita terwakili oleh tokoh lain. Kalau baca kan, kita
bisa menjadikan diri kita sebagai tokoh utamanya. Tapi ya sudahlah tonton saja.
Dan first Imppression aku
ketika pertama liat trailernya… Kelas! Pemainnya papan atas semua, eh gak semua
deng, tapi overall emang wajah-wajah lama yang aktingnya gak diragukan lagi.
Pasti keren banget ini film. Pikirku.
Sebelumnya kok aku
ngerasa kaya gak asing lagi ya sama judul film ini, kaya pernah tau tapi dimana
ya, dan aku cari-cari referensi ternyata ini memang ada novelnya. Oh Moammar
Emka toh penulisnya, hehe aku baru ngeuh. Ya beliau adalah salah satu jurnalis
Indonesia.
***
Masuk ke cerita, dibuka dengan seorang Pras (Oka
Antara) seorang jurnalis, yang dikejar deadline tulisan di tempatnya bekerja. Bosnya
selalu meminta tulisan darinya. Jadilah dia terdesak oleh kejaran pekerjaan. Dalam
hati, ini kok kaya ngaca ya? Sendirinya juga sering dikerjaan deadline kaya gini?
Wkwk, sampe atasan udah bosen nanya “mana tulisanmu?”
Oke balik ke cerita, yang bikin aku nganga
sama alur cerita ini adalah seorang Ganindra Bimo yang berperan sebagai banci
bernama Awink. What the fun? Badan keker tapi melambai(?) ilfeel gak sih? Ini
aku cewek aja ngeliatnya ilfeel banget, apalagi cowok (tapi cowoknya cowok
tulen ya wkwk) but he is all out. Bener-bener menghayati banget aktingnya.
Tau-tau si Pras dipanggil ‘Bestie’ aja sama Awink wkwk ini geli sumpah. Dan Prass
dibawa ke tempat kerjanya di Night life,
anak metropolis pasti taulah ya. Dan doi seorang pool dancer!
Satu lagi yang buat aku tercengang,
seorang Agus Kuncoro yang berperan sebagai Mama san, yaitu Indung dari
perempuan-perempuan ‘highclass’ Jakarta (katanya). Dan emang all out aktingnya,
sampe gak ngeuh aku kalo yg memerankan tokoh Mama San itu seorang lelaki,
pantes beliau dapet penghargaan jadi pemeran pendukung pria terbaik.
Sepanjang alur cerita aku ikutin, gils ini
emang 18+. Kalo belum lulus SMA gak boleh nonton ini ya. Tapi baca boleh(?)
wqwq. Soalnya plot didalamnya emang nyeritain tentang party underground, drugs,
free-sex, kaum sosialita, hedonis dan all about lifestyle anak metropolis
banget lah. Secara, Jakarta itu keras!
Pras lalu berkenalan dengan Yoga yang
merupakan seorang pengedar narkoba dan penyelenggara underground party. Dari
perkenalannya ini, Pras lalu menemukan bahan cerita yang menarik. Ternyata apa
yang Prass alami ketika mengenal Awink, Yoga, Mama San beserta
perempuan-perempuan pemuas nafsu lelaki hidung belang itu ia tulis kedalam buku
Jakarta Undercover. Hal ini sekaligus
membawanya ke konflik baru yaitu otomatis ketika buku itu terbit pasti akan
mencoreng nama baik Yoga, Mama san, begitu pula dengan Awink.
Jakarta
Undercover ini menjadi fenomenal
karena bisa memaparkan kisah yang sensual dan erotis, ketika menontonnya kita
terasa seperti dibawa ke pesta erotis yang waktu itu sulit dibayangkan ada di
Indonesia dan aku pun tidak pernah kepikiran sampai kesana, sampe bilang dalam
hati “Ada ya yang begini di Indonesia?”
Memang buku dan film kadang berbeda,
tapi kalau aku menggambarkan inti konfliknya mungkin seperti ini: Menjadi
seorang Jurnalis bukanlah tugas yang mudah, berisiko, setiap tulisan yang
dimuat dimedia (apapun itu) sedikit banyak akan berpengaruh kehidupan tokoh
yang dimuat. Mungkin inilah yang disebut “man make news”. Seorang jurnalis bisa
mengangkat siapa saja yang ingin dia angkat. Tapi, kadang jurnalis dijadikan
alat untuk kepentingan tertentu.
Comments
Post a Comment