Posts

Showing posts from October, 2017

Romansa Sebuah Bangsa

Image
Postingan ini berisi kisah cinta seorang wanita. Cinta wanita untuk lelakinya? Ya tentu saja, tapi yang akan diceritakan disini lebih dari sekedar itu, yakni cinta wanita untuk bangsanya. Berbicara tentang cinta, tentu kita butuh 2 subjek manusia untuk “saling” didalamnya. Setuju ya? Kalau Rangga-Cinta dan Dilan-Milea adalah kisah klasik masa SMA, kita naik kelas yuk, membahas kisah romansa bangsa Indonesia di zamannya. Mengadopsi dari buku “Ku antar kau ke Gerbang” Karya Ramadhan K.H, juga monolog “Inggit Garnasih” yang diperankan oleh Maudi Koesnaedi kita belajar memahami makna cinta. Bahwasannya “Cinta adalah pengabdian”. Menurutku kisah cinta dalam cerita ini melebihi roman klasik “Romeo-Juliet” atau cerita kepahlawan Peter Parker dan Mary Jane. Cerita ini merupakan perjuangan pasangan di masa pergerakan. Dimana dua insan yang saling mencintai ini saling bahu membahu dalam merebut kata ‘MERDEKA’ untuk tanah air tercinta. Siapa yang tak kenal Sang singa podi

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA

SAJAK PERTEMUAN MAHASISWA Oleh : W.S. Rendra Matahari terbit pagi ini mencium bau kencing orok di kaki langit, melihat kali coklat menjalar ke lautan, dan mendengar dengung lebah di dalam hutan. Lalu kini ia dua penggalah tingginya. Dan ia menjadi saksi kita berkumpul di sini memeriksa keadaan. Kita bertanya : Kenapa maksud baik tidak selalu berguna. Kenapa maksud baik dan maksud baik bisa berlaga. Orang berkata “ Kami ada maksud baik “ Dan kita bertanya : “ Maksud baik untuk siapa ?” Ya ! Ada yang jaya, ada yang terhina Ada yang bersenjata, ada yang terluka. Ada yang duduk, ada yang diduduki. Ada yang berlimpah, ada yang terkuras. Dan kita di sini bertanya : “Maksud baik saudara untuk siapa ? Saudara berdiri di pihak yang mana ?” Kenapa maksud baik dilakukan tetapi makin banyak petani yang kehilangan tanahnya. Tanah-tanah di gunung telah dimiliki orang-orang kota. Perkebunan yang luas hanya menguntungkan segolongan kecil saja. Alat-alat kemajuan yang diim

AKU TULIS PAMPLET INI

AKU TULIS PAMPLET INI Oleh : W.S. Rendra Aku tulis pamplet ini karena lembaga pendapat umum ditutupi jaring labah-labah Orang-orang bicara dalam kasak-kusuk, dan ungkapan diri ditekan menjadi peng – iya – an Apa yang terpegang hari ini bisa luput besok pagi Ketidakpastian merajalela. Di luar kekuasaan kehidupan menjadi teka-teki menjadi marabahaya menjadi isi kebon binatang Apabila kritik hanya boleh lewat saluran resmi, maka hidup akan menjadi sayur tanpa garam Lembaga pendapat umum tidak mengandung pertanyaan. Tidak mengandung perdebatan Dan akhirnya menjadi monopoli kekuasaan Aku tulis pamplet ini karena pamplet bukan tabu bagi penyair Aku inginkan merpati pos. Aku ingin memainkan bendera-bendera semaphore di tanganku Aku ingin membuat isyarat asap kaum Indian. Aku tidak melihat alasan kenapa harus diam tertekan dan termangu. Aku ingin secara wajar kita bertukar kabar. Duduk berdebat menyatakan setuju dan tidak setuju. Kenapa ketakutan menjadi tabi

SAJAK KENALAN LAMAMU

SAJAK KENALAN LAMAMU Oleh : W.S. Rendra   Kini kita saling berpandangan saudara. Ragu-ragu apa pula, kita memang pernah berjumpa. Sambil berdiri di ambang pintu kereta api, tergencet oleh penumpang berjubel, Dari Yogya ke Jakarta, aku melihat kamu tidur di kolong bangku, dengan alas kertas koran, sambil memeluk satu anakmu, sementara istrimu meneteki bayinya, terbaring di sebelahmu. Pernah pula kita satu truk, duduk di atas kobis-kobis berbau sampah, sambil meremasi tetek tengkulak sayur, dan lalu sama-sama kaget, ketika truk tiba-tiba terhenti kerna distop oleh polisi, yang menarik pungutan tidak resmi. Ya, saudara, kita sudah sering berjumpa, kerna sama-sama anak jalan raya. …………………………… Hidup macam apa ini ! Orang-orang dipindah kesana ke mari. Bukan dari tujuan ke tujuan. Tapi dari keadaan ke keadaan yang tanpa perubahan. ……………………. Kini kita bersandingan, saudara. Kamu kenal bau bajuku. Jangan kamu ragu-ragu, kita memang pernah bertemu. Waktu

The Man Behind The Gun -Tribute to Najwa Shihab (2)-

Image
The Man Behind The Gun  -Tribute to Najwa Shihab (2)- Masih ingat dengan topik tulisanku yang berjudul “Journey.all.is.me”? itu memang tribute to Najwa Shihab, karena didalamnya membahas kemunduran mbak Nana dari program Mata Najwa berikut menyinggung tentang dunia kejurnalisan. Kita flashback sejenak, melihat mbak Nana dan jawabannya di episode terakhir Mata Najwa yang bertajuk “catatan tanpa titik” itu beliau mengatakan ingin jeda, rehat dan sebagainya menimbulkan sebuah pertanyaan di kalangan netizen “Apakah beliau benar-benar berhenti dari media?”. Terhentikah langkah Najwa dalam berkarya? Oh, rupanya tidak. Seperti yang kita ketahui, beliau sekarang fokus menjalani perannya sebagai duta baca dan punya media tersendiri berdomain najwashihab.com. didalamnya berisi refleksi atas isu yang dibahas di program Mata Najwa dengan gaya rima yang khas, menggelitik dengan sindiran, menohok tajam, kadang seperti ajakan kepada kita untuk merenung. Bisa dibilang itu