Lesson of Life From Bangka



Lesson of Life From Bangka


Sebenarnya ini tugas laporan perjalanan, tapi saya ingin berbagi disini juga. Karena apa? Ketika tidak ada harta atau benda yang bisa kita bagikan ke orang lain, setidaknya ada sedikit ilmu dan pengalaman yang bisa dibagikan ke orang banyak (re: ngeles biar ga diminta oleh-oleh :p)

***
Cerita ini dimulai di Bandung, 7 Maret 2018. Sekitar tengah malam kami berkumpul dikampus IV Universitas Pasundan untuk melakukan perjalanan ke Bandara Soekarno Hatta. Tidak butuh waktu lama, kami langsung berangkat setelah semuanya kumpul. Tibalah kami di Tanggerang 8 maret 2018 jam 3.00 WIB untuk menunggu keberangkatan pesawat dengan tujuan Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung. 

Setelah menunggu beberapa jam, kemudian melewati proses pemeriksaan dan tektek-bengeknya di Bandara, tiba juga saatnya kami mengudara melintasi batas-batas pulau, yaitu pada pukul 6.00 WIB, Alhamdulillah engga delay. Sebenarnya saya phobia ketinggian, makanya IPK saya engga terlalu tinggi (apaa coba korelasinyaa-,-? wkwk) Ya, sebenarnya saya takut, takut ketika naik pesawat, kemudian pesawatnya nabrak awan jahat terus terguling ke lautan dan semuanya dimakan buaya. Maaf, ini terlalu berlebihan, tapi saya takut, asli. 

Menurut saya naik pesawat itu seperti sejengkal dengan kematian. Saya coba mengusir rasa takut itu, tapi bingung harus dengan cara seperti apa. Teman disebelah saya baca quran, saya lupa gak bawa quran, mau baca quran di aplikasi HP, kan gak boleh nyalain HP-,- Ya sudah baca buku menu yang ada didepan kursi aja. Pas mbak-mbak pramugari lewat, nanya “Ada yang bisa dibantu mbak? Silahkan mau pesen apa?”. Laah, kan saya jadi kikuk. “Ngga mbak, saya cuma liat-liat aja”.

Ketika pesawat naik beberapa kilometer diatas permukaan laut, saya lihat dengan mata kepala sendiri. Gilaaaaak! Ini toh yang namanya Indonesia? Ini cuma beberapa pulau kecil yang kami lewati diatas awan. Udah sebegitu kerennya? Bayangkan kalau seluruh wilayah Indonesia ter-capture dengan penglihatan manusia, saya kira gak akan ada orang Indonesia yang atheis. Karena ketika Tuhan menciptakan Indonesia, saya pikir ada maksud pamer hehehe. Kalo kalian menguji statement saya dengan kalimat “No pict hoax”, maaf saya tidak sempat mengabadikannya, karena saya sedang sibuk menikmati moment itu. Kalo kalian tidak percaya dengan apa yang saya katakan, terserah itu hak kalian :p

Perjalanan ini memakan waktu 1,5 jam sampai kami mendarat di Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang. Pengalaman yang luar biasa! Maklum, saya baru pertama kali menginjakkan kaki diluar pulau hehe... Dan first impression saya tentang kota ini adalah… PANAS :v Kalo dilihat-lihat kota ini tidak terlalu besar, sederhana tapi masih menyimpan banyak kekayaan alam, tidak jauh beda dengan kota kelahiran saya, Subang. Yang saya rasa sih begitu, kalo kalian tidak percaya tanya saja ke teh Jatipuji :v eh tapi lebih panas di Bangka deng.

Mungkin kalian bertanya-tanya dalam rangka apa saya ke Bangka? Alhamdulillah saya berkesempatan mengikuti kegiatan Konferensi Nasional Sistem Informasi (KNSI) 2018 yang bertempat di STMIK Atma Luhur, Pangkal Pinang. Yakni mewakili Universitas sebagai penyaji dari makalah yang ditulis berdasarkan tema kegiatan tersebut, “Peran Teknologi Informasi dalam Pengembangan Smart City”.

(Foto pas selesai presentasi)

Antara senang dan sedih/terharu mengikuti kegiatan ini. Senangnya karena saya bisa berkontribusi untuk almamater, sekecil-kecilnya dengan menjadi partisipan penulisan ide pada KNSI ini. Sedih/terharu karena kadang saya meragukan kemampuan diri saya sendiri. “Saya tidak bisa apa-apa lho di Informatika”, sempat berpikir seperti itu dan menjadikan saya seorang yang pesimis. Namun seiring berjalannya waktu dan banyak belajar dari pengalaman orang lain, saya pun berprinsip “Tidak apa-apa tidak maksimal dibidang X, asal maksimal dibidang yang saya suka”. Maaf ya, dramatis wkwk.

Dan saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan berharga ini, karena melihat “Tingkat Nasional”nya itu lho, gengsi! Hehehe. Saya pikir tidak ada salahnya mencoba, walaupun dalam hati saya kadang muncul decision YAKIN atau TIDAK. Dan yaa akhirnya saya berangkat juga ke pulau tetangga. Disana saya dapat banyak pelajaran lebih-lebih dari apa yang saya dapat dikelas. Kalau diceritakan semua bisa sampai 3sks nih. 

Pertama saat mendarat di Bangka, setelah dari bandara, kami mampir ke rumah salah satu orang tua dosen untuk bersilaturrahmi. Kami disambut dengan begitu hangat, disuguhkan beberapa penganan khas Bangka dan beberapa hidangan ringan lain. Hal itu membuat saya pribadi sangat dihargai sebagai tamu. Ibu dan istri dari bapak dosen saya sangat ramah dan baik menyambut kami. Entitas dosen dan mahasiswa ketika dikampus pun tidak begitu terasa saat itu. Jadi, gap antara kami tidak terlalu jauh. Berbaur saja, tidak ada istilah siapa dosen siapa mahasiswa. Dan perbincangan-perbincangan pun menjadi hangat. 

Sayangnya, saat itu saya merasa lelah sekali. Entah karena kemarinnya kurang tidur dan cuaca disana sangat panas membuat saya pusing. Tapi hal itu tidak begitu terasa ketika bersentuhan dengan air, akhirnya bisa mandi juga! Setelah bersiap-siap dengan peralatan tempur kami menuju Atma Luhur, tujuan utama kami untuk mengikuti konferensi itu.

Saat itu rombongan kami tiba di Atma Luhur siang hari, lupa tepatnya pukul berapa. Kemudian mengurus registrasi, administrasi, dan persiapan presentasi. Saya melihat animo tuan rumah yang begitu luar biasa menyambut baik para tamu. Terbukti saat mereka menyimak presentasi dengan khusyu, tidak ada yang ngobrol ataupun main hp. Serius, itu membuat saya merasa sangat dihargai. Presentasi dikampus sendiri aja kadang gak disimak sebegitu khusyunya lho. Keren audiencenya!
 (Ini foto siapa yaaa? =D taken by Bapak Sali)

Kami dibagi-bagi ruangan sesuai nomor urut, kemudian ada moderator yang mengarahkan jalannya presentasi. Jujur, ketika presentasi saya tidak merasa gugup atau gimana, karena mayoritas audiencenya tidak mengenal saya. Jadi saat penampilan saya bagus, ya Alhamdulillah, saat penampilan saya tidak bagus, yaa gak masalah, kenal juga engga wkwk. Malah kalo dibandingkan dengan presentasi dikampus, saya lebih deg-degan presentasi PPB (sekarang namanya OPB) karena kelompok saya pernah diturunin-_- tapi ya, dengan begitu saya bersyukur, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada asisten yang pernah nurunin saya dan teman-teman, karenanya setelah itu mental kami jadi lebih kuat! Lebih sanggup menghadapi real life! terbukti kan pas saya presentasi di luar kota? :p (sombong wkwkw)


Kala itu saya seruangan dengan peserta dari UNPAS juga, yaitu pembimbing saya Bapak Sali Alas Majapahit, bapak Asep Somantri, ibu Rita Rijayanti dan teman saya Berta Erwin Slam. Satu hal yang buat saya deg-degan sih karena ada orang UNPAS, jadi jangan sampai malu-maluin hehe. Sisanya mencoba biasa aja, dan Alhamdulillah presentasi berjalan dengan lancar.  Ketika beliau-beliau presentasi, beuh keren beudz! Bisa dilihat dari caranya mengajar dikelas dan kapabilitas keilmuan yang dimilikinya, jauh dengan saya mah, 11-205 lah.


 (Bapak Asep Somantri)

(Ibu Rita Rijayanti)


Kalo kata Pidi Baiq, tanpa ada pelajaran bela sekolah, kami akan membelanya, ini bukan omong kosong, karena sekolah kami dengan segala unsur didalamnya adalah harga diri kami. Mungkin dalam hal ini adalah "bela kampus", karena kami datang kesana membawa nama baik kampus beserta unsur-unsur didalamnya, maka semua-muanya mengalir ditubuh kami dan patut diperjuangkan.

Saya sebenarnya tidak faham betul esensi dari KNSI ini karena baru pertama kali ikut. Kalau saya boleh menyimpulkan, KNSI ini semacam konferensi untuk penggiat akademis (dosen, mahasiswa, peneliti dan kolega-koleganya) yang berkumpul disuatu tempat untuk membicarakan gagasan dalam koridor keilmuan sistem informasi. Jadi tidak terbatas untuk dosen saja (misal), atau mahasiswa saja, alumni yang sudah lulus pun bisa berkontribusi ide melalui penulisan paper, ya siapa saja yang peduli dengan perkembangan ilmu  pengetahuan dan penelitian dalam satu rumpun keilmuan.

Namun, yang disayangkan adalah banyaknya pemakalah yang tidak hadir dalam acara konferensi tersebut. Padahal saya senang sekali melihat banyak partisipan yang tertera di buku prosiding. Kalo misalnya para pemakalah itu datang semua dari Sabang sampai Merauke, berarti jargon “Bhineka Tunggal Ika” itu benar adanya. Terlebih ide-ide mereka sangat bagus. Pasti akan seru dan akan saling berdiskusi, bercerita budaya di masing-masing daerah. Meskipun begitu, saya tetap senang dapat kenalan dari kampus luar Jawa. Menambah relasi dari satu rumpun keilmuan, bagi saya ini suatu pencapaian baru.

Ini salah satu teman baru kami bernama Arif, FYI dia hokage HIMA Sistem Informasi STMIK Atma Luhur. Satu tingkat dibawah saya. Orangnya friendly dan welcome banget. Seru sih, satu fakta yang saya ketahui, dia aslinya….. orang Bekasi! wkwkw padahal saya udah nyiapin tektek-bengek pertanyaan tentang Bangka, tau-taunya si calon narasumber ternyata orang Bekasi. Tapi sedikitnya dia tau tentang Bangka dan tidak segan berbagi dengan kami yang otomatis menambah wawasan kami. Makasih Arif :))

Dan yang di sayangkan lagi, kami hanya sebentar di Bangka, belum mengenal banyak tentang Bangka, saya belum puas hehehe.. untuk agenda wisata dengan panitia itu menurut saya belum ter-organized dengan baik. Ini hanya opini saya, berdasarkan hasil penglihatan dari permukaan, bisa saja salah, karena saya pun belum faham betul esensi KNSI ini.

Saya justru mengenal Bangka lebih detail ketika ngobrol dengan mbak-mbak di bandara saat hendak pulang menuju Soe-Ta. Karena sama-sama menunggu pesawat yang delay karena hujan, jadilah kami ngobrol panjang lebar. Ketika yang lain asyik dengan obrolannya, saya lebih tertarik ngajak ngobrol mbak yang satu ini. Padahal kami baru ketemu, rasanya tidak canggung untuk bercerita kesana kemari. Mendengar cerita dari mbaknya, saya menyimpulkan beberapa poin tentang Bangka :
·        
  •  Menjaga kearifan lokal
Ternyata banyak pulau-pulau kecil di Bangka yang tidak diketahui netizen pemburu feeds Instagram. Si mbak menyebutkan beberapa nama pulau kecil yang katanya “bagus banget” dan masih dijaga oleh warganya, sehingga bukan untuk kepentingan komersil. Wow! saya juga baru dengar. Mendengarnya saja sudah ngebayangin sebegitu bagusnya, apalagi datang langsung kesana yaa. “Saya tinggal di Bangka Tengah, hampir semua kabupaten punya pantai yang indah” –ujar mbaknya. Ah, sayang baru ketemu pas di bandara, coba sebelumnya udah ketemu, pasti saya jadiin tour guide tuh si mbak.

(Source: instagram.com/sandhikagalih)

Ya meskipun begitu, saya tetap senang bisa menjamah pantai di Bangka yang memanjakan mata (Padahal dalam hati masih penasaran dengan pantai yang dibilang si mbak). Alhamdulillah segini juga bersyukur bisa melihat dengan mata telanjang, pantai yang seksi bernama Matras. Gilak! Ini keren banget! Yang saya suka dari pantai ini karena sepi pengunjung. Karena tidak ada pengelolanya, jadi geratiiiiis! Eh ngga geratis deng, diminta uang 5K sama bapa-bapa, tapi pas masuk ternyata cuma ada rombongan kita doang, jadi serasa milik sendiri hehe. Pasirnya putih, airnya masih jernih pula.

 (Source: instagram.com/sandhikagalih)

Satu lagi, Pantai Tongaci. Ini gak jauh keren di Banding Pantai Matras. Indahnyaaaaa! Mungkin deskripsi yang mewakilinya ada di Surat Ar-rahman “Maka Nikmat TuhanMu yang manakah yang kau dustakan?”. Bedanya, pantai ini sudah ter-organized. Banyak fasilitas umumnya seperti toilet, mushola, kantin, wahana wisata air, sentra oleh-oleh, dan yang bikin saya jatuh cinta, yaitu…. ada perpustakaan! Pantai mana coba yang ada perpustakaannya?? Sejauh yang saya temui, hanya ada di pantai Tongaci. 



(Perpustakaan Garuda)

Kalian bayangkan, baca buku dengan view pantai, tenaaang, nyamaaan. Dan koleksi bukunya gilaaa keren-keren! Sayang engga bisa dibawa pulang, hanya bisa baca ditempat (ya namanya juga perpustakaan-,-) Untuk netizen yang menanyakan postingan Instagram saya, itu perpustakaan ada dimana? Jawabannya di Perpustakaan Garuda, tepatnya Pantai Tongaci, Sungailiat, Bangka Belitung. Bukannya saya gak mau menambahkan location dipostingan tersebut, takut kalian gak percaya dipantai ada perpustakaan hehe :v


Selain itu ada penangkaran penyu, eh tukik, atau apa ya? sejenis itulah pokoknya. Seru liat mereka berenang =))
  • Pemerataan ekonomi
Sempat bingung ketika disuruh membeli minuman ber-merk YAHUT oleh salah satu dosen, saya dan rekan saya mencari ke warung-warung sekitar alun-alun, ternyata tidak ada. Jalan lebih jauh lagi mencari toko yang agak besar, ternyata tidak ada juga. Hampir satu putaran lapangan GBLA lah kami nyari-nyari itu pesanan barang tidak ketemu juga. Akhirnya kami menyerah dan kembali ke hotel dengan tangan kosong. Yang jadi pertanyaan, “Sebegitu langkanya barang itu?”. Hingga keesokan harinya saat kami mendatangi sentra oleh-oleh yang lumayan terkenal di Bangka, baru saya melihat ada minuman YAHUT di kulkasnya.

Kemudian saya bertanya ke si mbak, “Emang di Bangka gak ada alfamart/indomart semacam itu ya mbak?”. Itu juga sempat kepikiran oleh teman-teman saya. Dan mbaknya pun kepikiran itu pas pertama datang ke Bangka (FYI dia juga pendatang, aslinya dari Palembang namun pindah ke Bangka dengan orang tuanya). Si mbak menjelaskan bahwa minimarket semacam itu tidak diterima disana. “Nanti kasihan pedagang kecil kalo pembelinya beralih ke minimarket” –ujarnya. Serius, saya baru dengar. Dan itu kebijakan dari pemeritahnya langsung lho. “Jadi pemerataan ekonomi gitu, biar yang kaya engga makin kaya” tambah mbaknya. “Tapi susah juga ya kalau mau cari barang a, atau b” kata saya. Nah itu masalahnya. Mbaknya juga bingung.

Saya pikir, mungkin kebutuhan orang Bangka engga neko-neko seperti orang kota metropolis yang terbiasa dimanjakan oleh kemudahan fasilitas hehehe... Saya gak ngerti kajian ekonomi seperti apa yang dipakai oleh pemerintah daerahnya sampai seberani itu membuat kebijakan, but, ya semoga hal itu menjadi kebaikan bersama. Unik juga ya, disaat menjamurnya bisnis waralaba diberbagai daerah, di Bangka Belitung justru tidak ada satupun. Kalian boleh searching dan nanya ke mbah google tentang ini, saya juga dapat informasi ini di forum kaskus. Atau bisa juga nanya langsung ke orang Bangka asli, tentang keberadaan minimarket tersebut. Bisi engga percaya wkwk. Ya, walaupun begitu, saya tetap senang jajan-jajan sekitar alun-alun yang harga makanannya terjangkau. Oh iya, selain tidak ada minimarket, Mall juga tidak ada disini :v

  •  Lowongan Pekerjaan
S = Saya
M = Mbak yang tidak diketahui namanya.

S: “Mbak kenapa kerja di Jakarta?”
M: “Kebetulan kuliah di Jakarta, sekalian aja kerja disana”.
S: “Oh gitu.. nggak tertarik kerja di daerah gitu ya mbak? Hehe”
M: “Bukannya nggak tertarik sih, hidup kan realistis ya.. saya kan kuliah jurusan perawat, kalau disini (re: Bangka) kebanyakan bertani, berkebun, perawat juga sudah banyak sih, ya kayanya mending di Jakarta aja” (FYI emang di Bangka masih luas lahan pertanian dan perkebunannya, jadi kebanyakan mereka makan dari hasil olahan mereka sendiri)
S: “Oh gitu ya mbak.. UMR nya masih kecil ya mbak kalau disini?”. Saya keceplosan :v
M: “Hehe ya gitu lah, masih jauh sama Jakarta”. “Nyari kerja itu susah loh mbak, mbaknya sekarang kuliah semester berapa?”
S: “8 mbak. Udah tingkat akhir hehe”
M: “Nanti bakal kerasa susahnya cari kerja, ngantri di jobstreet, makanya dari sekarang banyak-banyak cari pengalaman!”
S: “Hehehe, iya mbak, ini juga sekalian cari pengalaman kan”
M: “Iya, bagus lah banyak-banyakin cari pengalaman biar gak kaget pas kerja. Jangan kaya saya, pas kuliah belum ada pengalaman jadi bingung pas kerja. Saya awalnya kerja bukan jadi perawat lho”
S: “Wah, jadi apa gitu, mbak?”
M: “Asal mbak tau, di dunia ini ada orang yang kerjanya nyembuhin teroris, dan itu saya”.
S: (Asli kaget) “Mbak jadi tukang rehabilitasi teroris (ehh bukan tukang, apa ya, semacam psikoterapi mungkin) ???”
M: “Iya, dan orang yang berhadapan dengan saya bukan satu-dua, tapi ratusan, yaa meskipun saya engga sendirian (re: dengan tim) tapi tetep aja bebannya berat. Makanya saya resign”.
Mau tidak mau saya nyimak peliknya cerita si mbak sampai tamat dan itu ngeri sekali, maaf saya tidak tulis secara detail karena takut menyinggung beberapa pihak. Asli saya merinding dan mbaknya bercerita sampai matanya berkaca-kaca. “Cari kerja itu susah mbak, kalo ada kerjaan yang ideal di daerah saya juga mau mbak” tambahnya.
Heuheu jadi merasa bersalah ke si mbaknya karena telah menjadi pemicu dia bercerita cerita hidupnya yang pelik, maaf ya mbak.

  •  Kerukunan antar etnis beragama
Selama menyusuri jalanan Bangka, banyak sekali saya menemui vihara. Dari beberapa literatur menyebutkan, vihara di Bangka ini juga menjadi objek wisata religi. Selain vihara, kuil, klenteng, gereja dan masjid juga saya lihat. Tapi paling dominan vihara kayanya. Dan saya juga melihat sebuah spanduk bertuliskan “Forum Kerukunan Antar Umat Beragama”. Dan memang ada lembaga yang mengelolanya semua keyakinan tersebut. Jadi bisa dibayangkan bagaimana rukunnya daerah ini?
“Kalau disini orangnya macem-macem. Mayoritas sih etnis china. Tapi kita hidup dengan damai” –ujar si mbak. Hmm pantes banyak saya temui orang-orang bermata sipit yang dipanggil koko dan cici. Tapi seru yaa, multikulturalisme hehe.

  •  Kuliner
Banyak makanan yang baru saya temui, seperti:
-Mie koba” yakni mie dengan kuah kaldu ikan. Saya ketemu makanan jenis ini di alun-alun kota. Gak beli sih, Cuma nyobain dari temen dan rasanya hmm lumayan!
-Mpek-mpek panggang, kaya mpek-mpek biasa tapi dipanggang. Beuh asli enak! Didalemnya itu ada semacam bumbu pedas gitu. Kaya cireng isi kalo di Bandung, isinya macem-macem, ada mobil, KTP, ijazah, surat tanah, hehehe engga deng. Cuma bumbu doang. Saya gak beli sih, Cuma minta dari temen dan deudeuieun hehehe.
-Pentol, semacam apa yaa, baso kaya gitu, makanan gurih. Belum nyobain sih, kalian kalo liat instastory temen saya pasti tau, soalnya dia update.
-Lempah kuning, yaitu ikan yang ada kuah karinya dan rempah-rempahnya kerasa banget.
-Lempah nanas. Hampir sama seperti lempah kuning, Cuma core-nya ini nanas, rasanya seger banget! Cocok buat makanan penutup.
-Martabak Bangka. Di Bandung juga banyak lah yaa, semacam nasi padang yang tersebar diseluruh pelosok negeri, kini martabak dengan embel-embel Bangka sudah terkenal dikancah nasional. Rasanya hampir sama seperti martabak yang saya beli di Geger Kalong (Yang deket DT tea ning). Bedanya saya makan di Bangka langsung wkwk. Seperti makan siomay di Bandung, padahal di Subang, Purwakarta, Karawang juga ada :v
Kalo kalian mau lihat makanan tadi jugrugan-nya seperti apa? Search di google aja yaa, gak sempat foto, takut disangka riya hehehe.

  • Oleh-oleh
- Kemplang ikan. Daerah Bangka ini terkenal karena banyak pantainya, otomatis identik dengan makanan laut alias ikan. Banyak olahan ikan yang saya dapati ditempat sentra oleh-oleh, kebanyakan sih diolah jadi kerupuk atau biasa disebut kemplang. Rasanya gurih-gurih krenyes gitu. Kaya kerupuk udang, tapi ini ikan.
- Souvenir kerang. Ya masih identik dengan laut lah, gantungan kunci kerang-kerangan ini masih menjadi primadona oleh-oleh dari Bangka.
-   Jeruk kunci. Saya kira jenis buah ini Cuma ada di Bangka, rasanya kaya jeruk tapi asem-manis-kecutnya agak gimanaaa gitu, tidak heran dosen saya membeli bibitnya langsung untuk dibudidayakan di Bandung.

Itu ulasan perjalanan kemarin yang tidak bisa saya jabarkan detail kejadiannya. Pokoknya banyak pelajaran yang bisa saya ambil disana. Bangka Belitung yaitu sebuah pulau yang berdekatan dengan Provinsi Sumatera Selatan (dulunya bagian dari Sumsel). Pulau selain Jawa yang baru saya injak dan menyenangkan hehe. Kalau ada kesempatan, saya mau kesana lagi. Pokoknya seru ikut KNSI dan bangga karena bisa mewakili almamater. Pikiran saya belum bisa move on dari Bangka, apalagi pantainya, beuh! Kalau ada kesempatan lain, saya juga ingin menginjak pulau Borneo, hehe mudah-mudahan ada rezekinyaa. Aamiin.
 
Satu hal dari saya untuk teman-teman dan yang membaca tulisan ini, PR sih ini, yaitu bagaimana memunculkan mental kompetitif ranah nasional di kalangan mahasiswa. Kalo dengar cerita perjuangan akang teteh angkatan dulu-dulu, mereka daya juangnya memang benar-benar totalitas. Entah itu di bidang akademik, organisasi dan lain-lain yang kemudian akan berpengaruh untuk kehidupan dimasa yang akan datang, Mendengarnya saya kemudian terdorong untuk mencoba, mencoba dan mencoba hal baru. Semoga kalian yang membaca ini pun begitu =)

Menurut kacamata saya, mahasiswa sekarang masih terlalu nyaman di zonanya, hese diajak “out of the box” teh! Tidak ada keinginan untuk mendobrak sesuatu yang baru. Terlebih dikancah nasional yang mempertemukan kita dengan berbagai macam orang-orang. Saya bicara begini bukan merasa telah melakukan hal besar untuk almamater saya, karena saya pun awalnya merasa minder, “Aku mah apa atuh”, selalu ada perasaan seperti itu.

Tapi, temaaaaaan, sejauh yang saya lihat, dosen lebih mengapresiasi mahasiswa yang tidak pintar-pintar amat tapi ada keinginan untuk maju, daripada..... (jangan membanding-bandingkan ah takut dosa hehe). Intinya harus berani mencoba. Saya yakin dari kesebelas mahasiswa informatika UNPAS yang ikut KNSI kemarin, jika diurutkan berdasarkan IPK tertinggi ke terendah, saya yang paling bawah. Karena saya sadar bukan maha akademisi, saya tidak pintar-pintar amat, saya cuma punya modal berani. Dan saya yakin ketika keberanian kita mengarah pada hal yang positif pasti banyak pihak yang mendukung. Saya jadi inget kata-kata teman saya “Ai wani mah tong luak lieuk, sok weh maju, mun bener mah pasti loba nu nuturkeun” (Kalo berani jangan tungak-tengok, maju aja, kalo itu benar pasti banyak yang mendukung). Lebih baik mencoba kemudian gagal, daripada tidak mencoba sama sekali. Dulu sempat mewawancarai salah satu dosen yang mendampingi mahasiswa saat mengikuti lomba kemudian menjadi juara 1 tingkat nasional, dan lomba yang menyabet juara favorit tingkat nasional. Jawaban beliau simple. “Mahasiswa harus punya mental kompetitif dan berani bersaing diluar” –ujarnya. Karena nyatanya kita juga bisa sejajar dengan kampus-kampus favorit di Indonesia. Dan di KNSI adalah wadah untuk membuktikan hal itu.

Terima kasih telah membaca cerita ini. Tanpa bertendensi menyinggung berbagai pihak, cerita ini dibuat dengan apa adanya. Semoga bermanfaat yaa =))

Comments

  1. Hahaha ngocol banget sih nif wkwkwk. Cara ngasih emoticon di kolom komentar blogspot gimana ya? Mau ngasih emoticon jempol nih, haha.

    Terima kasih hiburannya nif...

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

REVIEW BUKU : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

Suka Duka Kuliah S2

Menolak Lupa, 2 Tahun Tragedi Kanjuruhqn